PERBEDAAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 24-36 BULAN PADA ANAK STUNTING DAN NON STUNTING DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNGURSARI KOTA TASIKMALAYA


Halaman :

Penulis : Siti Sopiah, Dede Gantini, Ir Ir Khairiyah P

Edisi : Volume VI Nomor 2 Juli 2020

Jurnal : JURNAL BIDAN MIDWIFE JOURNAL

Tahun : 2015

ISSN : 2477-3441

ISSN Online : 2477-345X


Siti Sopiah, Dede Gantini, Ir Ir Khairiyah P

Stunting merupakan keadaan tinggi badan tidak sesuai dengan usia anak. Hal ini menyebabkan perkembangan otak

tidak optimal, sehingga berpengaruh pada perkembangan kognitif, motorik dan kemampuan belajar anak. Usia 24-36 bulan merupakan usia anak mengalami perkembangan yang pesat dalam kemampuan kognitif dan motorik. Di Indonesia tahun 2017, prevalensi stunting sebesar 29,6%. Jawa Barat fokus terhadap stunting karena persentase stunting sebesar 29,2%. Prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya sebesar 12,19%. Tahun 2018 terdapat Puskesmas dengan prevalensi stunting tertinggi yaitu Puskesmas Bungursari sebesar 18,7%. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan perkembangan anak usia 24-36 bulan pada anak stunting dan non stunting.

Metode penelitian observasional analitik dengan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu dan balita usia 24-36 bulan terdiri dari 20 anak stunting dan 20 anak non stunting. Pengambilan sampel penelitian adalah total sampling. Hasil uji Fisher Exact nilai signifikan sebesar 1,000 (p>0,05) dapat disimpulkan “Tidak terdapat perbedaan signifikan antara perkembangan anak usia 24-36 bulan pada anak stunting dan non stunting.

Nilai presentase pada anak non stunting dengan perkembangan anak sesuai (90%) lebih besar dibandingkan dengan anak stunting (85%). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selain dari status gizi diantaranya faktor genetik, nutrisi dan pola asuh dari orang tua. Anak stunting dan non stunting dapat memiliki perkembangan yang sesuai dengan usia anak apabila anak sering diberi stimulasi dan diberi nutrisi yang baik karena kebutuhan nutrisi yang baik dapat memberikan kualitas tumbuh kembang yang baik pula.


Stunting is a condition that the height is not according with the age of the child. This can cause brain development is not optimal, so it affects the cognitive, motor development and learning abilities of children. Age 24-36 months is the age of the child experiencing rapid development in cognitive and motor skills. In Indonesia (2017) the prevalence of stunting was 29,6%. West Java focused on stunting because stunting presentation was 29,2%. The stunting prevalence in Tasikmalaya was 12,19%. In 2018 there were health center in the community with the highest prevalence of stunting, it was bungursari health center at 18,7%. The purpose of the study was to determine The development difference between stunting and non-stunting children aged of 24-36 months.

This study used analytical observational method with cross sectional design. Population in this study were mothers and children aged 24-36 months consisting of 20 stunting children and 20 non-stunting children. The sample in this study used total sampling. The fisher exact test results showed significant value of 1,000, thus it can be concluded “there is no significant difference between the development of stunting and non-stunting children aged 24-36 months.”

The percentage value of appropriate child development in non-stunting children was greater (90%) than in stunting children (85%). The development of children can be influenced by many factors apart of nutritional status, those are genetic factors, nutrition, and parenting from parents. Stunting and non-stunting children can develop according to the age of the child if the child is frecuently stimulated and given good nutrition, because good nutrition can provide good quality of growth and development.


PERBEDAAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 24-36 BULAN PADA ANAK STUNTING DAN NON STUNTING DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNGURSARI KOTA TASIKMALAYA

ABSTRAK

Stunting merupakan keadaan tinggi badan tidak sesuai dengan usia anak. Hal ini menyebabkan perkembangan otak

tidak optimal, sehingga berpengaruh pada perkembangan kognitif, motorik dan kemampuan belajar anak. Usia 24-36 bulan merupakan usia anak mengalami perkembangan yang pesat dalam kemampuan kognitif dan motorik. Di Indonesia tahun 2017, prevalensi stunting sebesar 29,6%. Jawa Barat fokus terhadap stunting karena persentase stunting sebesar 29,2%. Prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya sebesar 12,19%. Tahun 2018 terdapat Puskesmas dengan prevalensi stunting tertinggi yaitu Puskesmas Bungursari sebesar 18,7%. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan perkembangan anak usia 24-36 bulan pada anak stunting dan non stunting.

Metode penelitian observasional analitik dengan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu dan balita usia 24-36 bulan terdiri dari 20 anak stunting dan 20 anak non stunting. Pengambilan sampel penelitian adalah total sampling. Hasil uji Fisher Exact nilai signifikan sebesar 1,000 (p>0,05) dapat disimpulkan “Tidak terdapat perbedaan signifikan antara perkembangan anak usia 24-36 bulan pada anak stunting dan non stunting.

Nilai presentase pada anak non stunting dengan perkembangan anak sesuai (90%) lebih besar dibandingkan dengan anak stunting (85%). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selain dari status gizi diantaranya faktor genetik, nutrisi dan pola asuh dari orang tua. Anak stunting dan non stunting dapat memiliki perkembangan yang sesuai dengan usia anak apabila anak sering diberi stimulasi dan diberi nutrisi yang baik karena kebutuhan nutrisi yang baik dapat memberikan kualitas tumbuh kembang yang baik pula.

Stunting, Non Stunting, Perkembangan Anak Usia 24-36 Bulan

ABSTRACT

Stunting is a condition that the height is not according with the age of the child. This can cause brain development is not optimal, so it affects the cognitive, motor development and learning abilities of children. Age 24-36 months is the age of the child experiencing rapid development in cognitive and motor skills. In Indonesia (2017) the prevalence of stunting was 29,6%. West Java focused on stunting because stunting presentation was 29,2%. The stunting prevalence in Tasikmalaya was 12,19%. In 2018 there were health center in the community with the highest prevalence of stunting, it was bungursari health center at 18,7%. The purpose of the study was to determine The development difference between stunting and non-stunting children aged of 24-36 months.

This study used analytical observational method with cross sectional design. Population in this study were mothers and children aged 24-36 months consisting of 20 stunting children and 20 non-stunting children. The sample in this study used total sampling. The fisher exact test results showed significant value of 1,000, thus it can be concluded “there is no significant difference between the development of stunting and non-stunting children aged 24-36 months.”

The percentage value of appropriate child development in non-stunting children was greater (90%) than in stunting children (85%). The development of children can be influenced by many factors apart of nutritional status, those are genetic factors, nutrition, and parenting from parents. Stunting and non-stunting children can develop according to the age of the child if the child is frecuently stimulated and given good nutrition, because good nutrition can provide good quality of growth and development.

Stunting, Non Stunting, Development of Children aged 24-36 Months

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2  +  2  =  

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.